Geliat Sevilla Bersama Pablo Machin
Periode transisi di mana-mana tidak pernah mudah. Tanyakan hal ini pada Manchester United, yang sepeninggal Sir Alex Ferguson pada 2013 masih kesulitan untuk menjadi penantang serius juara Liga Primer Inggris sampai hari ini.
Di La Liga Spanyol, Sevilla juga tertatih-tatih menjalani periode transisi menyusul kepergian pelatih Unai Emery dan sang guru transfer Monchi. Dampak paling mencolok, Sevilla berkali-kali berganti pelatih.
Musim lalu, setelah lepas dari Jorge Sampaoli, Sevilla menunjuk Eduardo Berizzo. Namun Berizzo cuma bertahan sampai Desember setelah kinerjanya cuma bagus di awal. Vincenzo Montella lantas mengambil alih dan hasilnya kurang lebih sama.
Kendati membawa Sevilla hingga final Copa del Rey dan menyingkirkan Manchester United di babak 16 besar Liga Champions, Montella inkonsisten di liga dan membuatnya lengser sebelum musim berakhir. Joaquin Capparos lantas bertindak sebagai caretaker.
Tim Andalusia itu menyudahi musim 2017/18 dengan kepala tertunduk: tiga kali ganti pelatih dan finis ketujuh di La Liga alias untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir berada di belakang rival sengit Real Betis.
Masuk Pablo Machin di musim panas kemarin. Walau minim pengalaman di level tertinggi, Machin punya kinerja apik bersama tim promosi Girona di musim lalu sehingga membuat Sevilla kepincut. Girona besutan Machin secara ajaib mengakhiri musim di peringkat ke-10, cuma berjarak tujuh angka dari Sevilla.
Di klub barunya, Machin langsung menerapkan apa yang menjadi kunci suksesnya di Girona: organisasi taktik yang jelas. Keberhasilan menahan imbang Atletico Madrid kandang-tandang hingga menjungkalkan Real Madrid adalah sedikit bukti dari kehebatan Machin di musim lalu.
Komentar
Posting Komentar